Hidrologi
by: Jessica & Felicia S
HIDROLOGI
Pengertian
Hidrologi
Studi tentang air dirasakan semakin penting, terutama di negara-negara berkembang yang masih masalah budaya dan teknologi dalam penelolaan air yang sesuai dengan lingkungannya. Cabang ilmu yang mempelajari tentang air tersebut adalah Hidrologi. Secara etimologi, berasal dari dua kata, yaitu hidro = air, dan logos = ilmu. Dengan demikian secara umum hidrologi dapat berarti ilmu yang mempelajari tentang air.
Konsep yang umum itu, kini telah berkembang sehingga cakupan obyek hidrologi menjadi lebih jelas. Menurut Marta dan Adidarma (1983), bahwa hidrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang terjadinya, pergerakan dan distribusi air di bumi, baik di atas maupun dibawah permukaan bumi, tentang sifat fisik, kimia air serta reaksinya terhadap lingkungan dan hubunganya dengan kehidupan.
Berdasarkan konsep tersebut, hidrologi memiliki ruang lingkup atau cakupan yang luas. Secara substansial, cakupan bidang ilmu itu meliputi:
1. asal mula dan proses terjadinya air
2. pergerakan dan penyebaran air
3. sifat-sifat air
4. keterkaitan air dengan lingkungan dan kehidupan
Hidrologi merupakan suatu ilmu yang mengkaji tentang kehadiran dan gerakan air di alam. Studi hidrologi meliputi berbagai bentuk air serta menyangkut perubahan-perubahannya, antara lain dalam keadaan cair, padat, gas, dalam atmosfer, di atas dan di bawah permukaan tanah, distribusinya, penyebarannya, gerakannya dan lain sebagainya. Secara meteorologis, air merupakan unsur pokok paling penting dalam atmofer bumi. Air terdapat sampai pada ketinggian 12.000 hingga 14.000 meter, dalam jumlah yang kisarannya mulai dari nol di atas beberapa gunung serta gurun sampai empat persen di atas samudera dan laut. Bila seluruh uap air berkondensasi (atau mengembun) menjadi cairan, maka seluruh permukaan bumi akan tertutup dengan curah hujan kira-kira sebanyak 2,5 cm.
Studi tentang air dirasakan semakin penting, terutama di negara-negara berkembang yang masih masalah budaya dan teknologi dalam penelolaan air yang sesuai dengan lingkungannya. Cabang ilmu yang mempelajari tentang air tersebut adalah Hidrologi. Secara etimologi, berasal dari dua kata, yaitu hidro = air, dan logos = ilmu. Dengan demikian secara umum hidrologi dapat berarti ilmu yang mempelajari tentang air.
Konsep yang umum itu, kini telah berkembang sehingga cakupan obyek hidrologi menjadi lebih jelas. Menurut Marta dan Adidarma (1983), bahwa hidrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang terjadinya, pergerakan dan distribusi air di bumi, baik di atas maupun dibawah permukaan bumi, tentang sifat fisik, kimia air serta reaksinya terhadap lingkungan dan hubunganya dengan kehidupan.
Berdasarkan konsep tersebut, hidrologi memiliki ruang lingkup atau cakupan yang luas. Secara substansial, cakupan bidang ilmu itu meliputi:
1. asal mula dan proses terjadinya air
2. pergerakan dan penyebaran air
3. sifat-sifat air
4. keterkaitan air dengan lingkungan dan kehidupan
Hidrologi merupakan suatu ilmu yang mengkaji tentang kehadiran dan gerakan air di alam. Studi hidrologi meliputi berbagai bentuk air serta menyangkut perubahan-perubahannya, antara lain dalam keadaan cair, padat, gas, dalam atmosfer, di atas dan di bawah permukaan tanah, distribusinya, penyebarannya, gerakannya dan lain sebagainya. Secara meteorologis, air merupakan unsur pokok paling penting dalam atmofer bumi. Air terdapat sampai pada ketinggian 12.000 hingga 14.000 meter, dalam jumlah yang kisarannya mulai dari nol di atas beberapa gunung serta gurun sampai empat persen di atas samudera dan laut. Bila seluruh uap air berkondensasi (atau mengembun) menjadi cairan, maka seluruh permukaan bumi akan tertutup dengan curah hujan kira-kira sebanyak 2,5 cm.
Pengertian Siklus Hidrologi
Siklus
hidrologi adalah salah satu dari 6 siklus
biogeokimia yang berlangsung di bumi.
Siklus hidrologi adalah suatu siklus atau sirkulasi air dari bumi ke atmosfer
dan kembali lagi ke bumi yang berlangsung secara terus menerus. Siklus
hidrologi memegang peran penting bagi kelangsungan hidup organisme bumi.
Melalui siklus ini, ketersediaan air di daratan bumi dapat tetap terjaga,
mengingat teraturnya suhu lingkungan, cuaca, hujan, dan keseimbangan
ekosistem bumi dapat tercipta karena proses siklus hidrologi ini.
Proses Terjadinya Siklus Hidrologi
Adapun
pada praktiknya, dalam siklus hidrologi ini air melalui beberapa tahapan
seperti dijelaskan gambar di atas. Tahapan proses terjadinya siklus hidrologi
tersebut antara lain evaporasi, transpirasi, evapotranspirasi, sublimasi,
kondensasi, adveksi, presipitasi, run off, dan infiltrasi. Berikut ini adalah
penjelasan dari masing-masing tahapan siklus tersebut.
1. Evaporasi
Siklus
hidrologi diawali oleh terjadinya penguapan air yang ada di permukaan bumi.
Air-air yang tertampung di badan air seperti danau, sungai, laut, sawah,
bendungan atau waduk berubah menjadi uap air karena adanya panas matahari.
Penguapan serupa juga terjadi pada air yang terdapat di permukaan tanah.
Penguapan semacam ini disebut dengan istilah evaporasi.
Evaporasi mengubah air berwujud cair menjadi air yang berwujud gas sehingga memungkinkan ia untuk naik ke atas atmosfer bumi. Semakin tinggi panas matahari (misalnya saat musim kemarau), jumlah air yang menjadi uap air dan naik ke atmosfer bumi juga akan semakin besar.
Evaporasi mengubah air berwujud cair menjadi air yang berwujud gas sehingga memungkinkan ia untuk naik ke atas atmosfer bumi. Semakin tinggi panas matahari (misalnya saat musim kemarau), jumlah air yang menjadi uap air dan naik ke atmosfer bumi juga akan semakin besar.
2.
Transpirasi
Penguapan
air di permukaan bumi bukan hanya terjadi di badan air dan tanah. Penguapan air
juga dapat berlangsung di jaringan mahluk hidup, seperti hewan dan tumbuhan.
Penguapan semacam ini dikenal dengan istilah transpirasi.
Sama seperti evaporasi, transpirasi juga mengubah air yang berwujud cair dalam jaringan mahluk hidup menjadi uap air dan membawanya naik ke atas menuju atmosfer. Akan tetapi, jumlah air yang menjadi uap melalui proses transpirasi umumnya jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah uap air yang dihasilkan melalui proses evaporasi.
Sama seperti evaporasi, transpirasi juga mengubah air yang berwujud cair dalam jaringan mahluk hidup menjadi uap air dan membawanya naik ke atas menuju atmosfer. Akan tetapi, jumlah air yang menjadi uap melalui proses transpirasi umumnya jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah uap air yang dihasilkan melalui proses evaporasi.
3.
Evapotranspirasi
Evapotranspirasi adalah penguapan air
keseluruhan yang terjadi di seluruh permukaan bumi, baik yang terjadi pada
badan air dan tanah, maupun pada jaringan mahluk hidup. Evapotranspirasi
merupakan gabungan antara evaporasi dan transpirasi. Dalam siklus hidrologi,
laju evapotranspirasi ini sangat mempengaruhi jumlah uap air yang terangkut ke
atas permukaan atmosfer.
4. Sublimasi
Selain lewat penguapan, baik itu
melalui proses evaporasi, transpirasi, maupun evapotranspirasi, naiknya uap air
dari permukaan bumi ke atas atmosfer bumi juga dipengaruhi oleh proses
sublimasi.
Sublimasi adalah proses perubahan es di kutub atau di puncak gunung menjadi uap air tanpa melalui fase cair terlebih dahulu. Meski sedikit, sublimasi juga tetap berkontribusi terhadap jumlah uap air yang terangkut ke atas atmosfer bumi melalui siklus hidrologi panjang. Akan tetapi, dibanding melalui proses penguapan, proses sublimasi dikatakan berjalan sangat lambat.
Sublimasi adalah proses perubahan es di kutub atau di puncak gunung menjadi uap air tanpa melalui fase cair terlebih dahulu. Meski sedikit, sublimasi juga tetap berkontribusi terhadap jumlah uap air yang terangkut ke atas atmosfer bumi melalui siklus hidrologi panjang. Akan tetapi, dibanding melalui proses penguapan, proses sublimasi dikatakan berjalan sangat lambat.
5.
Kondensasi
Ketika uap air yang dihasilkan
melalui proses evaporasi, transpirasi, evapotranspirasi, dan proses sublimasi
naik hingga mencapai suatu titik ketinggian tertentu, uap air tersebut akan
berubah menjadi partikel-partikel es berukuran sangat kecil melalui proses
kondensasi. Perubahan wujud uap air menjadi es tersebut terjadi karena pengaruh
suhu udara yang sangat rendah di titik ketinggian tersebut.
Partikel-partikel es yang terbentuk akan saling mendekati dan bersatu satu sama lain sehingga membentuk awan. Semakin banyak partikel es yang bergabung, awan yang terbentuk juga akan semakin tebal dan hitam.
Partikel-partikel es yang terbentuk akan saling mendekati dan bersatu satu sama lain sehingga membentuk awan. Semakin banyak partikel es yang bergabung, awan yang terbentuk juga akan semakin tebal dan hitam.
6.
Presipitasi
Awan
yang mengalami adveksi selanjutnya akan mengalami proses presipitasi. Proses
prepitasi adalah proses mencairnya awan akibat pengaruh suhu udara yang tinggi.
Pada proses inilah hujan terjadi. Butiran-butiran air jatuh dan membasahi
permukaan bumi.
Apabila suhu udara di sekitar awan terlalu rendah hingga berkisar < 0 derajat Celcius, presipitasi memungkinkan terjadinya hujan salju. Awan yang mengandung banyak air akan turun ke litosfer dalam bentuk butiran salju tipis seperti yang dapat kita temui di daerah beriklim sub tropis.
Apabila suhu udara di sekitar awan terlalu rendah hingga berkisar < 0 derajat Celcius, presipitasi memungkinkan terjadinya hujan salju. Awan yang mengandung banyak air akan turun ke litosfer dalam bentuk butiran salju tipis seperti yang dapat kita temui di daerah beriklim sub tropis.
7. Run Off
Setelah
presipitasi terjadi sehingga air hujan jatuh ke permukaan bumi, proses run off
pun terjadi. Run off atau limpasan adalah suatu proses pergerakan air dari
tempat yang tinggi ke tempat yang rendah di permukaan bumi. Pergerakan air
tersebut misalnya terjadi melalui saluran-saluran seperti saluran got, sungai,
danau, muara, laut, hingga samudra. Dalam proses ini, air yang telah melalui
siklus hidrologi akan kembali menuju lapisan hidrosfer.
8. Infiltrasi
8. Infiltrasi
Tidak
semua air hujan yang terbentuk setelah proses presipitasi akan mengalir di
permukaan bumi melalui proses run off. Sebagian kecil di antaranya akan
bergerak ke dalam pori-pori tanah, merembes, dan terakumulasi menjadi air
tanah. Proses pergerakan air ke dalam pori tanah ini disebut proses infiltrasi.
Proses infiltrasi akan secara lambat membawa air tanah kembali ke laut.
Setelah melalui proses run off dan infiltrasi, air yang telah mengalami siklus hidrologi tersebut akan kembali berkumpul di lautan. Air tersebut secara berangsur-angsur akan kembali mengalami siklus hidrologi selanjutnya dengan di awali oleh proses evaporasi.
Setelah melalui proses run off dan infiltrasi, air yang telah mengalami siklus hidrologi tersebut akan kembali berkumpul di lautan. Air tersebut secara berangsur-angsur akan kembali mengalami siklus hidrologi selanjutnya dengan di awali oleh proses evaporasi.
Macam Macam Siklus Hidrologi
Berdasarkan
panjang pendeknya proses yang di alaminya siklus hidrologi dapat dibedakan
menjadi 3 macam. Macam macam siklus hidrologi tersebut yaitu siklus hidrologi
pendek, siklus hidrologi sedang, dan siklus hidrologi panjang.
a. Siklus
Hidrologi Pendek
Siklus
hidrologi pendek adalah siklus hidrologi yang tidak melalui proses adveksi. Uap
air yang terbentuk melalui siklus ini akan diturunkan melalui hujan di daerah
sekitar laut. Berikut penjelasan singkat dari siklus hidrologi pendek ini:
- Air laut
mengalami proses evaporasi dan berubah menjadi uap air akibat adanya panas
matahari.
- Uap air akan
mengalami kondensasi dan membentuk awan.
- Awan yang
terbentuk akan menjadi hujan di permukaan laut.
b. Siklus
Hidrologi Sedang
Siklus
hidrologi sedang adalah siklus hidrologi yang umum terjadi di Indonesia. Siklus
hidrologi ini menghasilkan hujan di daratan karena proses adveksi membawa awan
yang terbentuk ke atas daratan. Berikut penjelasan singkat dari siklus
hidrologi sedang ini:
- Air laut
mengalami proses evaporasi dan berubah menjadi uap air akibat adanya panas
matahari.
- Uap air
mengalami adveksi karena angin sehingga bergerak menuju daratan.
- Di atmosfer
daratan, uap air membentuk awan dan berubah menjadi hujan.
- Air hujan di
permukaan daratan akan mengalami run off menuju sungai dan kembali ke laut
c. Siklus
Hidrologi Panjang
Siklus
hidrologi panjang adalah siklus hidrologi yang umumnya terjadi di daerah
beriklim subtropis atau daerah pegunungan. Dalam siklus hidrologi ini, awan
tidak langsung diubah menjadi air, melainkan terlebih dahulu turun sebagai
salju dan membentuk gletser. Berikut penjelasan singkat dari siklus hidrologi
panjang ini:
- Air laut
mengalami proses evaporasi dan berubah menjadi uap air akibat adanya panas
matahari.
- Uap air yang
terbentuk kemudian mengalami sublimasi
- Awan yang
mengandung kristal es kemudian terbentuk.
- Awan
mengalami proses adveksi dan bergerak ke daratan
- Awan
mengalami presipitasi dan turun sebagai salju.
- Salju
terakumulasi menjadi gletser.
- Gletser
mencair karena pengaruh suhu udara dan membentuk aliran sungai.
- Air yang
berasal dari gletser mengalir di sungai untuk menuju laut kembali.
Yang dipelajari dalam ilmu Hidrologi
adalah Sungai, Rawa, Air tanah, dan Danau.
Sungai
adalah bagian permukaan bumi yang letaknya lebih rendah dari tanah di
sekitarnya dan menjadi tempat mengalirnya air tawar menuju ke laut, danau, rawa
atau ke sungai yang lain. Sungai merupakan tempat mengalirnya air tawar. Air
yang mengalir lewat sungai bisa berasal dari air hujan, bisa berasal dari mata
air atau bisa juga berasal dari es yang mengalir (Gletser). Ke mana air itu
mengalir? Air mengalir bisa ke laut, ke danau, ke rawa, ke sungai lain dan bisa
juga ke sawah-sawah.
Bagian-bagian
dari sungai bisa dikategorikan menjadi tiga, yaitu bagian hulu, bagian tengah
dan bagian hilir.
a. Bagian
Hulu memiliki ciri-ciri: arusnya deras, daya erosinya besar, arah Erosinya
(terutama bagian dasar sungai) vertikal. Palung sungai berbentuk V dan
lerengnya cembung (convecs), kadang-kadang terdapat air terjun atau jeram dan
tidak terjadi pengendapan.
b. Bagian
Tengah mempunyai ciri-ciri: arusnya tidak begitu deras, daya erosinya mulai
berkurang, arah erosi ke bagian dasar dan samping (vertikal da horizonal ) palung
sungai berbentuk U (konkaf), mulai terjadi pengendapan (sedimentasi) dan sering
terjadi meander yaitu kelokan sungai yang mencapai 180° atau lebih.
c. Bagian
Hilir memiliki ciri-ciri: arusnya tenang, daya erosi kecil dengan arah ke
samping (horizontal), banyak terjadi pengendapan, di bagian muara kadang-kadang
terjadi delta serta palungnya lebar.
Berdasarkan
asal kejadiannya (genetikanya) sungai dibedakan menjadi 5 jenis yaitu sungai
konsekuen, sungai subsekuen, sungai obsekuen, sungai resekuen dan sungai
insekuen.
1) Sungai
Konsekuen, adalah sungai yang airnya mengalir mengikuti arah lereng awal.
2) Sungai
Subsekuen atau strike valley adalah sungai yang aliran airnya mengikut strike
batuan.
3) Sungai
Obsekuen, adalah sungai yang aliran airnya berlawanan arah dengan sungai
konsekuen atau berlawanan arah dengan kemiringan lapisan batuan serta bermuara
di sungai subsekuen.
4) Sungai
Resekuen, adalah sungai yang airnya mengalir mengikuti arahkemiringan lapisan
batuan dan bermuara di sungai subsekuen.
5) Sungai
Insekuen, adalah sungai yang mengalir tanpa dikontrol oleh litolo mau pun
struktur geologi.
Berdasarkan
struktur geologinya sungai dibedakan menjadi dua yaitu sungai anteseden dan
sungai sungai superposed.
6) Sungai
Anteseden adalah sungai yang tetap mempertahankan arah aliran airnya walau pun
ada struktur geologi (batuan) yang melintang.Hal ini terjadi karena kekuatan
arusnya, sehingga mampu menembus batuan yang merintanginya.
7) Sungai
Superposed, adalah sungai yang melintang, struktur dan prosesnya dibimbing oleh
lapisan batuan yang menutupinya.
Berdasarkan
pola alirannya sungai dibedakan menjadi 6 macam yaitu radial, dendritik,
trellis , rektanguler , dan pinate :
1) Radial
atau menjari, jenis ini dibedakan menjadi dua yaitu:
2) Radial sentrifugal, adalah pola aliran yang menyebar meninggalkan pusatnya. Pola aliran ini terdapat di daerah gunung yang berbentuk kerucut.
3) Radial
sentripetal, adalah pola aliran yang mengumpul menuju ke pusat. Pola ini
terdapat di daerah basin (cekungan).
4) Dendritik, adalah pola aliran yang tidak teratur. Pola alirannya seperti pohon, di mana sungai induk memperoleh aliran dari anak sungainya. Jenis ini biasanya terdapat di daerah datar atau daerah dataran pantai.
5) Trellis,
adalah pola aliran yang menyirip seperti daun.
6) Rektangular, adalah pola aliran yang membentuk sudut siku-siku atau hampir siku-siku 90°.
7) Pinate, adalah pola aliran di mana muara-muara anak sungainya membentuk sudut lancip.
8) Anular,
adalah pola aliran sungai yang membentuk lingkaran.
Rawa
Rawa-
rawa disebut juga dengan rawa adalah daerah rendah yang tergenang air. Pada
umumnya permukaan air rawa selalu di bawah lapisan
atmosfer bumi atau setara dengan permukaan air laut,
sehingga airnya selalu menggenang dan permukaan airnya selalu tertutup oleh
tumbuhan- tumbuhan air. Pengertian lain dari rawa adalah lahan yang tergenang
pleh air secara ilmiah dan terjadi secara terus menerus atau terjadi secara
musiman yang diakibatkan karena drainase yang terhambat serta mempunyai ciri-
ciri khusus secara fisika, secara kimiawi, dan juga secara biologis. Ada pula
definisi tentang rawa lainnya yakni tanah berlumpur yang terbuat secara alami,
atau juga buatan manusia dengan cara mencampurkan air tawar dan juga air laut
yang dilakukan secara permanen maupun sementara, termasuk juga daerah laut yang
kedalaman airnya kurang dari 6 meter.
Di
Indonesia, rawa- rawa seperti ini biasanya terdapat di area perhutanan yang
memiliki banyak pohon- pohon besar, lebat, dan juga liar. Terkadang, rawa- rawa
ini sulit dibedakan dengan sungai. Terkadang kita menjumpai adanya sungai yang
mirip dengan rawa- rawa. Sungai tersebut jika dilihat akan sangat mirip dengan
rawa. Jika kita merupakan rang yang awam dengan kenampakan- kenampakan alam
yang ada di bumi ini, pastilah kita akan mudah tertipu antara rawa dengan
sungai ini. Namun jika kita serigkali mengamati kenampakan- kenampakan alam
bumi ini maka kita tidak akan mudah tertipu. Rawa ini mempunyai beberapa ciri
khusus yang membedakannya dengan sungai.
Ciri- ciri Rawa
Beberapa
ciri rawa akan kita bahas agar kita dapat membedakan yang mana rawa dan yang
mana sungai. Yang pasti ciri khusus dari rawa ini menandakan bahwasannya rawa
berbeda dengan sungai. Rawa ini mempunyai beberapa ciri khusus. Beberapa ciri
khusus dari rawa antara lain:
·
Dilihat dari
segi air, rawa memiliki air yang asam dan berwarna coklat, bahkan sampai
kehitam- hitaman.
·
Berdasarkan
tempatnya, rawa- rawa ada yang terdapat di area pedalaman daratan, namun banyak
pula yang terdapat di sekitar pantai.
·
Air rawa yang
berada di sekitar pantai sangat dipengaruhi oleh pasang surutnya iar laut.
·
Ketika air
laut sedang pasang, maka permukaan rawa akan tergenang banyak, sementara ketika
air laut surut, daerah ini akan nampak kering bahkan tidak ada air sama sekali.
·
Rawa yang
berada di tepian pantai banyak ditumbuhi oleh pohon- pohon bakau, sementara
rawa yang berada di pedalaman banyak ditumbuhi oleh pohon- pohon palem atau
nipah.
Itulah
beberapa ciri khusus yang akan kita temui dari rawa ini. Jika kita menemui
daerah dengan ciri- ciri tersebut mungkin saja daerah tersebut adalah rawa-
rawa dan bukan sungai yang airnya mengalir dari hulu ke hilir.
Macam-
Macam Rawa
Tahukah
Anda bahwasannya rawa ini mempunyai bererapa jenis? Ternyata rawa ini mempunyai
beragam jenis dan tidak hanya terdiri dari satu jenis saja. Berbagai macam
jenis rawa tersebut antara lain dibedakan dari segi kandungan airnya. Dari segi
kandungan airnya ini rawa- rawa dibedakan menjadi tiga macam yakni:
1. Rawa air tawar
Rawa
memang terkenal memiliki air yang tawar. Rawa air tawar ini merupakan rawa yang
airnya tawar dan airnya tidak mengalami pergerakan. Rawa yang demikian ini biasanya
terdapat di area hutan- hutan dengan lokasinya dekat dengan aliran sungai. Air
rawa jenis ini mempunyai sifat asam dikarenakan banyak sisa- sisa jasad makhluk
hidup yang membusuk.
2. Rawa air asin
Meskipun
lebih dikenal dengan air tawar, namun ternyata ada pula jenis rawa yang
mempunyai air yang asin. Rawa yang memiliki air asin ini biasanya terdapat di
sekitar pantai. Pada jenis rawa yang demikian ini, air dapat mengalami
pergerakan sehingga terjadi pergantian air. Hal ini terjadi karena adanya gelombang
laut pasang yang merendam sebagian atau seluruh kawasan rawa. Air rawa jenis
ini biasanya tidak terlalu asam seperti jenis rawa yang pertama.
3. Rawa air payau
Rawa
air payau ini merupakan rawa yang memiliki air yang bercampur dari air tawar
dan juga air asin. Rawa yang seperti ini biasanya berada di dekat muara sungai
dan air rawa ini dapat mengalami pergerakan, sehingga airnya dapat mengalami
pergantian. Sama seperti rawa air asin, rawa jenis ini biasanya airnya tidak
terlalu asin.
Danau
Danau adalah suatu masa air yang
menempati daerah cekungan yang luas (tidak seluas lautan) dan dikelilingi oleh
daratan. Danau ada yang airnya tawar dan ada yang airnya asin. Danau berair
asin umumnya terdapat di daerah beriklim arid (kering) karena aktivitas penguapan
yang terjadi sangat besar, sedangkan penambahan airnya tidak terlalu banyak.
Contoh danau laut mati di Israel dan danau Laut Kaspia.
Jenis-jenis
danau
Menurut proses terjadinya, danau
dibedakan menjadi 7 jenis, yaitu danau tektonik, danau vulkanik, danau
tekto-vulkanik, dananu karst (dolina), gletser dan danau buatan (waduk).
Danau
tektonik
Danau tektonik adalah danau yang
terjadi akibat adanya peristiwa tektonik pada kulit bumi seperti gempa,
patahan, atau lipatan pada permukaan tanah. Contoh : Danau Poso, Tempe,
Tondano, Towuti di Sulawesi; Danau Singkarak, Maninjau dan Danau Takengon di Sumatera.
Danau
vulkanik (danau kawah)
Danau vulkanik adalah jenis danau
yang terjadi karena aktivitas vulkanik/ magma seperti yang terdapat pada kawah-kawah
gunung api. Contoh Danau Kelimutu, Kawah Bromo, Batur, Kerinci, Kelud, dan
Kawah Gunung Kelud.
Danau
tekto-vulkanik
Danau ini terjadi karena ada gabungan
dua kekuatan yang terjadi bersama-sama, yaitu tektonik dan vulkanik. Contoh : Danau
Toba di Sumatera Utara.
Danau es/
glasial
Danau es terjadi karena erosi
gletsyer. Pencairan es akibat erosi akan mengisi cekungan-kekungan yang dilalui
sehingga terbentuk danau. Contoh danau ini banyak terdapat di perbatasan antara
Amerika dan Kanada, yaitu Danau Superior, Danau Michigan dan Danau Ontario.
Danau Karst (dolina)
Jenis
danau karst yang terdapat di daera kapur dan terbentuk akibat proses erosi atau
pelarutan batu kapur sehingga mengakibatkan cekungan yang kemudian terisi oleh
air. Contoh danau karst di daerah pegunungan kapur di Yogyakarta.
Danau buatan atau waduk
Danau ini sengaja dibuat oleh manusia
dengan cara membendung sungai. Contoh : Waduk Saguling, Citarum. Dan Jatiluhur
di Jawa Barat; Riam kanan dan Riam kiri di Kalimantan Selatan; serta Rawa
Pening, Kedung Ombo, dan Gajah Mungkur di Jawa Tengah.
Air Tanah
Air Tanah
Air
tanah adalah air yang bergerak dalam tanah, dapat berupa air lapisan, yang
mengisi ruang-ruang pada agregat tanah, atau air celah, yang mengisi
retakan-retakan tanah/batuan.
Lapisan yang dapat dilalui dengan mudah oleh air tanah, misalnya pasir/kerikil disebut permiabel. Lapisan yang sulit dilalui air tanah, misalnya lapisan lempung atauu geluh disebut lapisan kedap air dan yang menahan air, misalnya lapisan batuan disebut lapisan kebal air. Lapisan kedap air dan kebal air ini disebut lapisan impermiabel.
Lapisan permiabel yang jenuh air tanah disebut akuifer.
Akuifer dibedakan:
1. Akuifer tertekan/terkekang (confined aquifer) terdapat pada lapisan permiabel yang tertutup oleh lapisan impermiabel.
2. Akuifer bebas (unconfi ed aquifer), terdapat pada lapisan permiabel, tidak tertutup oleh lapisan impermiabel melainkan berhubungan langsung dengan zone aerosi (zone tak jenuh).
Apabila di dalam zone aerosi terdapat lapisan impermiabel, maka air tanah yang terbentuk di atas lapisan tersebut disebut air tanah tumpang.
Lapisan yang dapat dilalui dengan mudah oleh air tanah, misalnya pasir/kerikil disebut permiabel. Lapisan yang sulit dilalui air tanah, misalnya lapisan lempung atauu geluh disebut lapisan kedap air dan yang menahan air, misalnya lapisan batuan disebut lapisan kebal air. Lapisan kedap air dan kebal air ini disebut lapisan impermiabel.
Lapisan permiabel yang jenuh air tanah disebut akuifer.
Akuifer dibedakan:
1. Akuifer tertekan/terkekang (confined aquifer) terdapat pada lapisan permiabel yang tertutup oleh lapisan impermiabel.
2. Akuifer bebas (unconfi ed aquifer), terdapat pada lapisan permiabel, tidak tertutup oleh lapisan impermiabel melainkan berhubungan langsung dengan zone aerosi (zone tak jenuh).
Apabila di dalam zone aerosi terdapat lapisan impermiabel, maka air tanah yang terbentuk di atas lapisan tersebut disebut air tanah tumpang.
OSEANOLOGI
Ilmu kelautan (oseanologi)
merupakan cabang dari ilmu bumi yang mempelajari segala aspek dari samudera dan
lautan.dengan bahasa lain oseanologi
adalah studi ilmiah mengenai laut dengan cara menerapkan ilmu-ilmu tradisional
seperti fisika, kimia, biologi dan geologi ke dalam segala aspek mengenai laut.
Zone
pesisir dan laut
·
Pesisir : dataran yang berbatasan dengan laut
·
Pantai :
wilayah yang terdapat pasang naik dan pasang surut air laut.
Laut
1.
Berdasarkan
proses terjadinya :
· Laut transgresi : laut yang terjadi karena
adanya perubahan permukaan laut secara positif (secara meluas). Perubahan
permukaan ini terjadi karena naiknya permukaan air laut atau daratannya yang
turun, sehingga bagian-bagian daratan yang rendah tergenang air laut.
· Laut ingresi : laut yang terjadi karena adanya
penurnan tanah di dasar laut. Oleh karena itu laut ini sering disebut laut
tanah turun. Penurunan tanah di dasar laut akan membentuk lubuk laut dan palung
laut. Lubuk laut atau basin adalah penurunan di dasar laut yang berbentuk
bulat. Sedangkan Palung Laut atau trog adalah penurunan di dasar laut yang
bentuknya memanjang.
2.
Berdasarkan
kedalamannya :
3. Berdasarkan zonasinya :
·
Zona Lithoral : Zona ini adalah
wilayah pantai atau pesisir. Di wilayah ini pada saat air pasang akan tergenang
air, dan pada saat air surut berubah menjadi daratan. Oleh karena itu wilayah
ini sering juga disebut Wilayah Pasang-Surut.
·
Zona Neritic :
baris batas wilayah pasang surut hingga kedalaman 150 m. Pada zona ini masih
dapat ditembus oleh sinar matahari sehingga pada wilayah ini paling banyak
terdapat berbagai jeni kehidupan baik hewan maupun tumbuhan.
·
Zona Bathyal :
wilayah laut yang memiliki kedalaman antara 150 hingga 1800 m. Wilayah
ini tidak dapat tertembus sinar matahari, oleh karena itu kehidupan
organismenya tidak sebanyak yang terdapat di Wilayah Neritic.
·
Zona Abysal :
wilayah laut yang memiliki kedalaman lebih dari 1800 m. Di wilayah ini suhunya
sangat dingin dan tidak ada tumbuh-tumbuhan. Jenis hewan yang dapat hidup di
wilayah ini sangat terbatas.
4. Berdasarkan letaknya :
·
Laut Tepi :
laut yang terletak di tepi benua (kontinen) dan seolah-olah terpisah dari
samudera luas oleh daratan pulau-pulau atau jazirah. Contohnya Laut Cina
Selatan dipisahkan oleh kepulauan Indonesia dan Kepulauan Filipina
·
Laut Tengah :
laut yang terletak diantara benua-benua. Lautnya dalam dan mempunyai gugusan
pulau-pulau. Contohnya Laut tengah diantara benua Afrika-Asia dan Eropa.
·
Laut pedalaman
: laut-laut yang hampir seluruhnya dikelilingi oleh daratan. Contohnya Laut
Hitam.
Morfologi laut
a)
Continental Shelf
1. Dasar laut yang berbatasan dengan benua
2. Paparan benua ini merupakan bagian wilayah laut yang kedalamannya antara 0
– 180 meter dan lebarnya 0- 1200 km terhitung meulai garis pantai.
3. Merupakan daerah yang relative datar dengan kemiringan 0o – 2,2o
4. Merupakan bagian benua yang terendam oleh air, contoh:
b)
Continental Slope
1. Bidang miring yang terletak antara paparan benua dengan zona laut dalam.
2. Kemiringan antara 1o – 35o mulai dari tepi dangkalan
benua kea rah laut lepas.
3. Kedalamannya antara 200 – 1800 meter.
4. Terbentuk sebagai hasil sedimentasi dan sesar.
c)
Tanjakan benua
Adalah Tempat pengumpulan sedimen yang berasal dari benua
d)
Daratan abyssal
Dataran bawah air pada dasar samudera yang dalam,
biasanya berada di kedalaman antara 3000 dan 6000 m. Dataran abisal menempati lebih dari 50% permukaan Bumi.
e)
Palung (trog)
Adalah lembah
yang sangat dalam dan memanjang di dasar laut serta memiliki lereng yang curam.
Bentuknya hamper sama dengan ngarai di daratan. Bagian ini merupakan bagian
laut yang paling dalam di dasar laut. Terdapat perbedaan antara Trench dan
Trough.
f)
Gunung laut
Adalah sebuah gunung yang
naik dari dasar laut yang tidak
sampai naik hingga permukaan laut,
dan dengan demikian bukanlah juga sebuah pulau. Umumnya ditemukan terbentuk
dari proses pembentukan gunung
berapi dan muncul pada kedalaman mulai dari 1000-4000 meter dari kedalaman
dasar laut.
g)
Punggung Laut
Adalah
rangkaian perbukitan di dalam laut dan kadang-kadang muncul di permukaan laut.
Punggung laut terjadi karena tenaga endogen yang berupa proses tekanan
vertical. Contohnya Punggung Laut Sibolga.
0 komentar:
Posting Komentar