Pengindraan Jauh
By: Calvin & William1. Pengertian Pengindraan Jauh
Indraja adalah singkatan dari
pengindraan jauh atau remote sensing. Menurut Lindgreen, pengindraan jauh
berarti teknik yang dikembangkan untuk memperoleh dan menganalisis informasi
tentang bumi.
Adapun menurut Lillesand dan Kiefer
(1979), pengindraan jauh berarti ilmu, seni, dan teknik untuk memperoleh
informasi tentang objek, area, atau gejala dengan jalan menggunakan alat tanpa
kontak langsung dengan objek, area, atau gejala yang dikaji.
Berkat dedikatif dari Lillesand dan
Kiefer maka kita dapat mengetahui benda-benda di angkasa dengan jelas dan
mudah.
Pada gambar berikut, matahari
merupakan sumber tenaga, sedangkan udara atau atmosfer sebagai zat
pengantarnya. Objek di muka bumi akan memantulkan sumber tenaga ke sensor. Pada
objek yang mempunyai tenaga pancaran, jumlah tenaga yang mencapai sensor
tergantung pada suhu dan daya pancar objek, pada sensor inilah objek tersebut
direkam, diproses lalu menghasilkan data pengindraan jauh yang berupa data
digital atau citra.
Data tersebut ditafsirkan sehingga
menjadi data informasi yang akan dimanfaatkan oleh pengguna data.
2. Komponen
Penginderaan Jauh
Proses pemotretan objek yang sedang
diteliti, baik melalui pesawat terbang maupun satelit, merupakan tahap
pengumpulan data yang hasilnya berupa citra foto udara atau citra satelit. Tahap pengumpulan data ini memerlukan
komponen pendukung, yaitu:
a. Sumber
Tenaga
Sumber tenaga yang umumnya digunakan
adalah sinar matahari, sedangkan tenaga yang lain, misalnya sinar bulan dan
sinar buatan. Penggunaan sinar matahari sebagai sumber tenaga disebut sistem
pasif, sedangkan apabila menggunakan tenaga buatan disebut sistem aktif.
Fungsi dari sumber energi adalah untuk
menyinari objek (permukaan bumi) dan memantulkan pada sensor. Cerah dan
tidaknya wujud objek yang dihasilkan tergantung pada jumlah energi yang
diterima oleh sensor.
b. Atmosfer
Atmosfer adalah lapisan udara yang
menyelubungi bumi. Tidak semua spektrum gelombang elektro magnetik dapat sampai
di permukaan bumi, karena dalam atmosfer ada proses pembauran dan penyerapan.
Penyerapan dilakukan oleh molekul
atmosfer, sedangkan spektrum elektro magnetik yang dapat mencapai bumi disebut
dengan jendela atmosfer.
c. Wahana
Dalam pengindraan jauh, bumi
dipotret dari ruang angkasa dengan menggunakan pesawat atau satelit. Pesawat
atau satelit inilah yang disebut dengan wahana. Jarak pemotretan terbagi
menjadi tiga tingkat ketinggian, yaitu:
1.
Ketinggian 1.000 m sampai 9.000 m dari permukaan laut,
pemotretan dilakukan dengan menggunakan pesawat terbang rendah sampai medium (low
to medium altitude aircraft). Citra yang dihasilkan adalah citra foto (foto
udara).
2.
Ketinggian sekitar 18.000 m dari permukaan bumi,
pemotretan dilakukan dengan menggunakan pesawat terbang tinggi (high
altitude aircraft). Citra yang dihasilkan adalah foto udara dan multispectral
scanners data.
3.
Ketinggian 400 km sampai 900 km dari permukaan bumi,
pemotretan dilakukan dengan menggunakan satelit. Citra yang dihasilkan adalah
citra satelit.
d. Objek
Objek adalah segala sesuatu yang
menjadi sasaran dalam pengindraan jauh, antara lain atmosfer, biosfer,
hidrosfer, dan litosfer.
e. Sensor
Sensor berfungsi sebagai alat
perekam objek yang sedang diselidiki. Setiap sensor mempunyai tingkat kepekaan
yang berbeda-beda. Ada dua macam sensor, yaitu:
1.
Sensor fotografik, sensor ini berupa kamera yang dapat
menghasilkan foto atau citra.
2.
Sensor elektronik, sensor yang cara kerjanya secara
elektrik dan sistem pemrosesannya menggunakan komputer dan sensor elektronik
disebut citra pengindraan jauh.
f. Produk
(data yang diperoleh)
Produk atau data yang diperoleh
berupa citra dan digital. Data inilah yang akan digunakan pengguna data.
g. Citra
Citra adalah gambar dari suatu objek
sebagai hasil pemotretan dengan kamera. Citra dibedakan menjadi dua, yaitu
citra foto (hasil pemotretan kamera foto) dan citra nonfoto yang berupa
gambaran objek dari hasil rekaman satelit.
3.
Jenis-Jenis Citra
Hasil pengindraan jauh yang disebut
citra, pada prinsipnya dibagi atas dua bagian, yaitu:
(a). Citra foto atau foto udara (photographic
image), yaitu citra yang dipotret dengan sensor kamera pada wahana pesawat
udara atau satelit.
1. Berdasarkan
spektrum elektromagnetik yang digunakan yaitu citra foto ultraviolet, citra
foto ortokromatik, citra foto pankkromatik, citra foto inframerah asli, dan
citra foto inframerah modifikasi.
2. Berdasarkan
posisi sumbu kamera yaitu citra foto vertikal atau foto tegak (orto photograph),
citra foto condong atau foto miring (oblique photograph), citra foto
agak condong (low oblique photograph), dan citra foto sangat condong (high
oblique photograph).
3. Berdasarkan
sudut liputan kamera yaitu citra foto sudut kecil (<60 derajat), citra foto
normal (60 derajat sampai 75 derajat), citra foto sudut lebar (75 derajat
sampai 100 derajat), dan citra foto sangat lebar (>100 derajat).
4. Berdasarkan
jenis kamera yang digunakan:
a. Citra foto tunggal
b. Foto jamak yaitu citra foto multispektral, citra foto dengan kamera ganda, dan citra foto dengan sudut kamera ganda.
a. Citra foto tunggal
b. Foto jamak yaitu citra foto multispektral, citra foto dengan kamera ganda, dan citra foto dengan sudut kamera ganda.
5. Berdasarkan
warna yang digunakan
a. Citra foto berwarna semu (false color)
b. Citra foto warna asli (true color)
a. Citra foto berwarna semu (false color)
b. Citra foto warna asli (true color)
6. Berdasarkan
sistem wahana
a. Citra foto udara
b. Citra foto satelit atau foto orbital
a. Citra foto udara
b. Citra foto satelit atau foto orbital
(b). Citra Nonfoto (nonphotographic
image), yaitu citra yang dibuat dengan menggunakan sensor bukan kamera dan
spektrum elektromagnetik.
1. Berdasarkan
spektrum elektromagnetik yang digunakan:
a. Citra inframerah thermal
b. Citra radar dan gelombang mikro
a. Citra inframerah thermal
b. Citra radar dan gelombang mikro
2. Berdasarkan
sensor yang digunakan:
a. Citra tunggal
b. Citra multispektral : Citra Return Beam Vidicon (RBV), Citra Multi Spektral Scanner (MSS).
a. Citra tunggal
b. Citra multispektral : Citra Return Beam Vidicon (RBV), Citra Multi Spektral Scanner (MSS).
3. Berdasarkan
sistem wahana
a. Citra dirgantara (airbone image)
b. Citra satelit (satellite/spaceborne image)
a. Citra dirgantara (airbone image)
b. Citra satelit (satellite/spaceborne image)
4. Interpretasi Citra
Interpretasi citra adalah perbuatan mengkaji foto udara dan atau
citra dengan maksud untuk mengidentifikasi obyek dan menilai arti pentingnya
obyek tersebut. (Estes dan Simonett dalam Sutanto, 1994:7)
Menurut Lintz Jr. dan Simonett dalam Sutanto (1994:7), ada tiga
rangkaian kegiatan yang diperlukan dalam pengenalan obyek yang tergambar pada
citra, yaitu:
(1) Deteksi, adalah pengamatan adanya suatu objek, misalnya pada
gambaran sungai terdapat obyek yang bukan air.
(2) Identifikasi, adalah upaya mencirikan obyek yang telah dideteksi dengan menggunakan keterangan yang cukup. Misalnya berdasarkan bentuk, ukuran, dan letaknya, obyek yang tampak pada sungai tersebut disimpulkan sebagai perahu motor.
(3) Analisis, yaitu pengumpulan keterangan lebih lanjut. Misalnya dengan mengamati jumlah penumpangnya, sehingga dapat disimpulkan bahwa perahu tersebut perahu motor yang berisi dua belas orang.

(2) Identifikasi, adalah upaya mencirikan obyek yang telah dideteksi dengan menggunakan keterangan yang cukup. Misalnya berdasarkan bentuk, ukuran, dan letaknya, obyek yang tampak pada sungai tersebut disimpulkan sebagai perahu motor.
(3) Analisis, yaitu pengumpulan keterangan lebih lanjut. Misalnya dengan mengamati jumlah penumpangnya, sehingga dapat disimpulkan bahwa perahu tersebut perahu motor yang berisi dua belas orang.
UNSUR INTERPRETASI CITRA
Sambil mempelajari unsur interpretasi citra, silahkan sesekali melihat ke foto udara berikut ini.
Pengenalan obyek merupakan bagian
paling vital dalam interpretasi citra. Foto udara sebagai citra tertua di dalam
penginderaan jauh memiliki unsur interpretasi yang paling lengkap dibandingkan
unsur interpretaasi pada citra lainnya. (Sutanto, 1994:121). Unsur interpretasi
citra terdiri :
(1) Rona dan Warna
Rona ialah tingkat kegelapan atau tingkat kecerahan obyek pada citra, sedangkan warna ialah wujud yang tampak oleh mata dengan menggunakan spektrum sempit, lebih sempit dari spektrum tampak.
Melihat gambar di samping kita akan mengetahui bahwa gambar tersebut merupakan lokasi semburan lumpur lapindo. Genangan lumpur bisa kita kenali dengan adanya obyek yang berwarna keabu-abuan dengan rona cerah. Titik semburan lumpur pun bisa kita kenali dengan warna putih dan rona yang lebih cerah yang ada di tengah-tengah genangan lumpur. Daerah yang belum tergenang oleh lumpur juga bisa kita kenali dengan adanya objek berwarna hijau, yang menandakan masih adanya vegetasi yang hidup.
(1) Rona dan Warna
Rona ialah tingkat kegelapan atau tingkat kecerahan obyek pada citra, sedangkan warna ialah wujud yang tampak oleh mata dengan menggunakan spektrum sempit, lebih sempit dari spektrum tampak.
Melihat gambar di samping kita akan mengetahui bahwa gambar tersebut merupakan lokasi semburan lumpur lapindo. Genangan lumpur bisa kita kenali dengan adanya obyek yang berwarna keabu-abuan dengan rona cerah. Titik semburan lumpur pun bisa kita kenali dengan warna putih dan rona yang lebih cerah yang ada di tengah-tengah genangan lumpur. Daerah yang belum tergenang oleh lumpur juga bisa kita kenali dengan adanya objek berwarna hijau, yang menandakan masih adanya vegetasi yang hidup.
(2) Bentuk
Merupakan variabel kualitatif yang memberikan konfigurasi atau kerangka suatu obyek. Kita bisa adanya objek stadion sepakbola pada suatu foto udara dari adanya bentuk persegi panjang. demikian pula kita bisa mengenali gunung api dari bentuknya yang cembung.
(3) Ukuran
Atribut obyek yang antara lain berupa jarak, luas, tinggi, lereng, dan volume. Ukuran meliputi dimensi panjang, luas, tinggi, kemirigan, dan volume suatu objek. Perhatikan gambar lokasi semburan lumpur di atas; ada banyak objek berbentuk kotak-kotak kecil. Kita bisa membedakan mana objek yang merupakan rumah, gedung sekolah, atau pabrik berdasarkan ukurannya.
(4) Tekstur
Frekuensi perubahan rona pada citra atau pengulangan rona kelompok obyek yang terlalu kecil untuk dibedakan secara individual. Untuk lebih memahami, berikut akan digambarkan perbedaan tekstur berbagai benda.
Merupakan variabel kualitatif yang memberikan konfigurasi atau kerangka suatu obyek. Kita bisa adanya objek stadion sepakbola pada suatu foto udara dari adanya bentuk persegi panjang. demikian pula kita bisa mengenali gunung api dari bentuknya yang cembung.
(3) Ukuran
Atribut obyek yang antara lain berupa jarak, luas, tinggi, lereng, dan volume. Ukuran meliputi dimensi panjang, luas, tinggi, kemirigan, dan volume suatu objek. Perhatikan gambar lokasi semburan lumpur di atas; ada banyak objek berbentuk kotak-kotak kecil. Kita bisa membedakan mana objek yang merupakan rumah, gedung sekolah, atau pabrik berdasarkan ukurannya.
(4) Tekstur
Frekuensi perubahan rona pada citra atau pengulangan rona kelompok obyek yang terlalu kecil untuk dibedakan secara individual. Untuk lebih memahami, berikut akan digambarkan perbedaan tekstur berbagai benda.
(5) Pola
Pola atau susunan keruagan merupakan ciri yang menandai bagi banyak obyek bentukan manusia dan bagi beberapa obyek alamiah.
Pola atau susunan keruagan merupakan ciri yang menandai bagi banyak obyek bentukan manusia dan bagi beberapa obyek alamiah.
(6) Bayangan
Bayangan sering menjadi kuci pengenalan yang penting bagi beberapa obyek dengan karakteristik tertentu, seperti cerobong asap, menara, tangki minyak, dan lain-lain. Jika objek menara disamping diambil tegak lurus tepat dari atas, kita tidak bisa langsung mengidentifikasi objek tersebut. Maka untuk mengenali bahwa objek tersebut berupa menara adalah dengan melihat banyangannya.
Bayangan sering menjadi kuci pengenalan yang penting bagi beberapa obyek dengan karakteristik tertentu, seperti cerobong asap, menara, tangki minyak, dan lain-lain. Jika objek menara disamping diambil tegak lurus tepat dari atas, kita tidak bisa langsung mengidentifikasi objek tersebut. Maka untuk mengenali bahwa objek tersebut berupa menara adalah dengan melihat banyangannya.
(7) Situs
Menurut Estes dan Simonett, Situs adalah letak suatu obyek terhadap obyek lain di sekitarnya. Situs juga diartikan sebagai letak obyek terhadap bentang darat, seperti situs suatu obyek di rawa, di puncak bukit yang kering, dan sebagainya. Itulah sebabnya, site dapat untuk melakukan penarikan kesimpulan (deduksi) terhadap spesies dari vegetasi di sekitarnya. Banyak tumbuhan yang secara karekteristik terikat dengan site tertentu tersebut. Misalnya hutan bakau ditandai dengan rona yang telap, atau lokasinya yang berada di tepi pantai. Kebun kopi ditandai dengan jarak tanamannya, atau lokasinya yaitu ditanam di daerah bergradien miring/pegunungan.
Menurut Estes dan Simonett, Situs adalah letak suatu obyek terhadap obyek lain di sekitarnya. Situs juga diartikan sebagai letak obyek terhadap bentang darat, seperti situs suatu obyek di rawa, di puncak bukit yang kering, dan sebagainya. Itulah sebabnya, site dapat untuk melakukan penarikan kesimpulan (deduksi) terhadap spesies dari vegetasi di sekitarnya. Banyak tumbuhan yang secara karekteristik terikat dengan site tertentu tersebut. Misalnya hutan bakau ditandai dengan rona yang telap, atau lokasinya yang berada di tepi pantai. Kebun kopi ditandai dengan jarak tanamannya, atau lokasinya yaitu ditanam di daerah bergradien miring/pegunungan.
(8)
Asosiasi
Keterkaitan antara obyek yang satu dengan obyek yang lain. Karena adanya keterkaitan ini maka terlihatnya suatu obyek pada citra sering merupakan petunjuk bagi adanya obyek lain. Misalnya fasilitas listrik yang besar sering menjadi petunjuk bagi jenis pabrik alumunium. gedung sekolah berbeda dengan rumah ibadah, rumah sakit, dan sebagainya karena sekolah biasanya ditandai dengan adanya lapangan olah raga.
Keterkaitan antara obyek yang satu dengan obyek yang lain. Karena adanya keterkaitan ini maka terlihatnya suatu obyek pada citra sering merupakan petunjuk bagi adanya obyek lain. Misalnya fasilitas listrik yang besar sering menjadi petunjuk bagi jenis pabrik alumunium. gedung sekolah berbeda dengan rumah ibadah, rumah sakit, dan sebagainya karena sekolah biasanya ditandai dengan adanya lapangan olah raga.
Dalam mengenali obyek pada foto udara atau pada citra lainnya,
dianjurkan untuk tidak hanya menggunakan satu unsur interpretasi citra. Semakin
ditambah jumlah unsur interpretasi citra yang digunakan, maka semakin menciut
lingkupnya ke arahtitik simpul tertentu. Pengenalan obyek dengan cara ini
disebut konvergensi bukti (cerverging evidence/convergence of evidence).
5. Pemanfaatan Inderaja
1. Pengembangan
Tata Ruang Kota
-Peta kota
sangat mudah diperbaharui dengan biaya yang relatif murah
-Mengurangi
survei lapangan
-Peta dapat
digunakan untuk perencanaan transportasi, resettlement, tata ruang, Air
minum, listrik, jalur hijau, parkir pemukiman , pertokoan, industri,dll.
2. Bidang
Kehutanan
-Bidang
kehutanan berkenaan: dengan pengelolaan hutan untuk kayu,pengambilan hasil
kayu, pemantauan penebangan dan penghutanan kembali.
-Pengelolaan
dan pencacahan margasatwa, inventarisasi dan pemantauan sumber daya hutan, dan
rekreasi.
-Kondisi fisik
hutan sangat rentan terhadap bahaya kebakaran maka penggunaan citra inframerah
akan sangat membantu dalam penyediaan data dan informasi dalam rangka
monitoring perubahan temperatur secara kontinu.
3. Bidang
Penggunaan Lahan
Inventarisasi
penggunaan lahan penting dilakukan untuk mengetahui apakah pemetaan lahan yang
dilakukan oleh aktivitas manusia sesuai dengan potensi ataupun daya dukungnya.
Integrasi teknologi penginderaan jauh merupakan salah satu bentuk yang
potensial dalam penyusunan arahan fungsi penggunaan lahan. Dasar penggunaan
lahan dapat dikembangkan untuk berbagai kepentingan penelitian, perencanaan,
dan pengembangan wilayah. Contohnya penggunaan lahan untuk
usaha pertanian atau budidaya permukiman.
4. Bidang
Meteorologi
Manfaat
Inderaja di bidang meteorology:
-Mengamati
iklim suatu daerah melalui pengamatan tingkat perawanan dan kandungan air dalam
udara.
-Membantu
analisis cuaca dan peramalan/prediksi dengan cara menentukan daerah tekanan
tinggi dan tekanan rendah serta daerah hujan badai dan siklon.
-Mengamati
sistem/pola angin permukaan.
-Melakukan
pemodelan meteorologi dan set data klimatologi.
5. Bidang
Oseanografi
Manfaat
penginderaan jauh di bidang oseanografi (kelautan):
-Mengamati
sifat fisis laut, seperti suhu permukaan, arus permukaan, dan
salinitas sinar tampak (0-200 m)
-Mengamati
pasang surut dan gelombang laut (tinggi, arah, dan frekwensi).
-Mencari lokasi
upwelling, singking dan distribusi suhu permukaan.
-Melakukan
studi perubahan pantai, erosi, dan sedimentasi (LANDSAT dan SPOT).
6. Bidang
Hidrologi
Manfaat
penginderaan jauh di bidang hidrologi:
-Pemantauan
daerah aliran sungai dan konservasi sungai.
-Pemetaan
sungai dan studi sedimentasi sungai.
-Pemantauan
luas daerah intensitas banjir.
7. Bidang
Geofisika
Manfaat
penginderaan jauh di bidang geofisika, geologi dan geodesi:
-Melakukan
pemetaan permukaan, di samping pemotretan dengan pesawat terbang dan
menggunakan aplikasi GIS.
-Menentukan
struktur geologi dan macam batuan.
-Melakukan
pemantauan daerah bencana (kebakaran), pemantauan aktivitas gunung berapi, dan
pemantauan persebaran debu vulkanik.
-Melakukan
pemantauan distribusi sumber daya alam, seperti hutan (lokasi,macam, kepadatan,
dan perusakan), bahan tambang (emas, minyak bumi, dan batu bara).
-Melakukan
pemantauan pencemaran laut dan lapisan minyak di laut.
-Melakukan
pemantauan pencemaran udara dan pencemaran laut
0 komentar:
Posting Komentar