Pedosfer
by: Anastasya & Gabby Evalin
A. Pengertian
Pedosfer
Pedosfer adalah lapisan paling atas dari permukaan bumi tempat berlangsungnya proses pembentukan tanah. Secara sederhana pedosfer diartikan sebagai lapisan tanah yang menempati bagian paling atas dari litosfer. Tanah (soil) adalah suatu wujud alam yang terbentuk dari campuran hasil pelapukan batuan, bahan anorganik, bahan organik, air, dan udara yang menempati bagian paling atas dari litosfer. Ilmu yang mempelajari tanah disebut Pedologi, sedangkan ilmu yang secara khusus mempelajari mengenai proses pembentukan tanah disebut Pedogenesa.
Pedosfer adalah lapisan paling atas dari permukaan bumi tempat berlangsungnya proses pembentukan tanah. Secara sederhana pedosfer diartikan sebagai lapisan tanah yang menempati bagian paling atas dari litosfer. Tanah (soil) adalah suatu wujud alam yang terbentuk dari campuran hasil pelapukan batuan, bahan anorganik, bahan organik, air, dan udara yang menempati bagian paling atas dari litosfer. Ilmu yang mempelajari tanah disebut Pedologi, sedangkan ilmu yang secara khusus mempelajari mengenai proses pembentukan tanah disebut Pedogenesa.
B. Faktor-faktor Pembentuk Tanah
Pada dasarnya tanah berasal dari batuan atau zat anorganik yang mengalami pelapukan. Berubahnya batuan menjadi butir-butir tanah disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:
1. Iklim
Unsur-unsur iklim yang memengaruhi proses pembentukan tanah utama, yaitu suhu dan curah hujan. Suhu akan berpengaruh terhadap proses pelapukan bahan induk. Jika suhu tinggi, proses pelapukan akan berlangsung cepat sehingga pembentukan tanah akan cepat pula. Curah hujan akan berpengaruh terhadap kekuatan erosi dan pencucian tanah, sedangkan penyucian tanah yang cepat menyebabkan tanah menjadi asam (pH tanah menjadi rendah).
2. Organisme (Vegetasi dan Jasad Renik)
Organisme sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah dalam hal:
Pada dasarnya tanah berasal dari batuan atau zat anorganik yang mengalami pelapukan. Berubahnya batuan menjadi butir-butir tanah disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:
1. Iklim
Unsur-unsur iklim yang memengaruhi proses pembentukan tanah utama, yaitu suhu dan curah hujan. Suhu akan berpengaruh terhadap proses pelapukan bahan induk. Jika suhu tinggi, proses pelapukan akan berlangsung cepat sehingga pembentukan tanah akan cepat pula. Curah hujan akan berpengaruh terhadap kekuatan erosi dan pencucian tanah, sedangkan penyucian tanah yang cepat menyebabkan tanah menjadi asam (pH tanah menjadi rendah).
2. Organisme (Vegetasi dan Jasad Renik)
Organisme sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah dalam hal:
·
Membantu proses pelapukan baik pelapukan organik
maupun pelapukan kimiawi. Pelapukan organik adalah pelapukan yang dilakukan
oleh makhluk hidup (hewan dan tumbuhan), sedangkan pelapukan kimiawi terjadi
oleh proses kimia seperti batu kapur yang larut oleh air.
·
Membantu proses pembentukan humus. Tumbuhan akan
menghasilkan dan menyisakan daun-daunan dan rantingranting yang menumpuk di
permukaan tanah. Daun dan ranting itu akan membusuk dengan bantuan jasad renik/
mikroorganisme yang ada di dalam tanah.
·
Pengaruh jenis vegetasi terhadap sifat-sifat tanah
sangat nyata terjadi di daerah beriklim sedang seperti di Eropa dan Amerika.
Vegetasi hutan dapat membentuk tanah hutan dengan warna merah, sedangkan
vegetasi rumput membentuk tanah berwarna hitam karena banyak kandungan bahan
organik yang berasal dari akar-akar dan sisa-sisa rumput.
·
Kandungan unsur-unsur kimia yang terdapat pada tanaman
berpengaruh terhadap sifat-sifat tanah. Contoh, jenis tanaman cemara akan
memberi unsur-unsur kimia seperti Ca, Mg, dan K yang relatif rendah, akibatnya
tanah di bawah pohon cemara, derajat keasamannya lebih tinggi daripada tanah di
bawah pohon jati.
3.Bahan Induk
Bahan induk terdiri atas batuan vulkanik, batuan beku, batuan sedimen (endapan), dan batuan metamorf. Batuan induk itu akan hancur menjadi bahan induk, kemudian akan mengalami pelapukan dan menjadi tanah.
4. Topografi/Relief
Keadaan relief suatu daerah akan memengaruhi pembentukan tanah, antara lain sebagai berikut.
·
Tebal atau tipisnya lapisan tanah. Daerah dengan
topografi miring dan berbukit lapisan tanahnya menjadi lebih tipis karena
tererosi, sedangkan daerah yang datar lapisan tanahnya tebal karena terjadi
proses sedimentasi.
·
Sistem drainase atau pengaliran. Daerah yang
drainasenya jelek sering tergenang air. Keadaan ini akan menyebabkan tanahnya
menjadi asam.
C.
Proses Pembentukan Tanah
·
Pelapukan : Fisik, kimia,
maupun biologi
·
Perkembangan :
Pembentukan horizon tanah
D.
Jenis-jenis Tanah di Indonesia
1.
Tanah Vulkanis
a. Tanah Andosol
· Proses terbentuknya : dari abu vulkanis
yang telah mengalami proses pelapukan
· Ciri-ciri : warna kelabu hingga kuning,
peka terhadap erosi, dan sangat subur
· Pemanfaatannya : sebagai lahan
pertanian, perkebunan, hutan pinus atau cemara
· Persebaran : Sumatera, Jawa, Bali,
Lombok, Halmahera, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi
b. Tanah Regosol
· Proses terbentuknya : dari endapan abu
vulkanis baru yang memiliki butir kasar
· Ciri-ciri : berbutir kasar, berwarna
kelabu hingga kuning dan kadar bahan organik rendah
Pemanfaatannya : untuk pertanian padi, palawija, tebu dan kelapa
· Persebaran : di lereng gunung berapi,
pantai dan bukit pasir pantai yang meliputi pulau Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara
c. Tanah Aluvial (Tanah
Endapan)
·
Proses terbentuknya : tanah hasil erosi
(lumpur dan pasir halus) di daerah-daerah dataran rendah
·
Ciri-ciri : warna kelabu dan peka
terhadap erosi
·
Pemanfaatannya : sebagai lahan pertanian
sawah dan palawija
·
Persebaran : Sumatera, Jawa bagian
utara, Halmahera, Kalimatan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi dan Papua
bagian selatan
a. Tanah Humus
·
Proses terbentuknya : dari hasil
pembusukan bahan-bahan organik
·
Ciri-ciri : warna kehitaman, mudah
basah, mengandung bahan organik, sangat subur
·
Pemanfaatannya : sebagai lahan pertanian
·
Persebaran : Lampung, Jawa Tengah bagian
selatan, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Tenggara
b. Tanah Gambut
·
Proses terbentuknya : dari hasil
pembusukan tumbuhan / bahan organik di daerah yang selalu tergenang air
(rawa-rawa)
·
Ciri-ciri : bersifat sangat asam, unsur
hara rendah sehingga tidak subur
·
Pemanfaatannya : untuk pertanian pasang
surut
·
Persebaran : Pantai timur Sumatera,
Kalimantan, Sulawesi, Halmahera, Seram, Papua, Pantai Selatan
3. Tanah Litosol
(tanah berbatu-batu)
·
Proses terbentuknya : dari pelapukan
batuan beku dan sedimen yang masih baru (belum sempurna) sehingga butirannya
besar / kasar
·
Ciri-ciri : tekstur tanahnya
beranekaragam dan pada umumnya berpasir, tak bertekstur, warna kandungan batu,
kerikil dan kesuburan bervariasi
·
Pemanfaatannya : masih alang-alang, bisa
untuk hutan
·
Persebaran : Jawa Tengah, Jawa Timur,
Madura, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi dan Sumatera
4. Tanah Podzol
·
Proses terbentuknya : di daerah yang
memiliki suhu rendah dan curah hujan tinggi
·
Ciri-ciri : warna pucat, kandungan pasir
kuarsa tinggi, sangat masam, peka terhadap erosi, kurang subur
·
Pemanfaatannya : untuk pertanian
palawija
·
Persebaran : Kalimantan Tengah, Sumatera
Utara, Papua
5. Tanah Laterit
·
Proses terbentuknya : Tanah yang tercuci
air hujan, sehingga unsur hara telah hilang meresap dan mengalir ke dalam tanah
·
Ciri-ciri : warna cokelat
kemerah-merahan, tidak subur
·
Pemanfaatannya : untuk lahan pertanian
·
Persebaran : Kalimantan Barat, Lampung,
Banten, Sulawesi Tenggara
6. Tanah Mergel
·
Proses terbentuknya : dari hasil
campuran pelarutan kapur, pasir dan tanah liat karena peristiwa air hujan
·
Ciri-ciri : tidak subur
·
Pemanfaatannya : untuk hujan jati
·
Persebaran : Yogyakarta, Priangan
Selatan di Jawa Barat, pegunungan Kendeng di Jawa Tengah, Kediri, Madiun, Nusa
Tenggara
7. Tanah Terarosa
(Kapur)
a. Tanah Renzina
·
Proses terbentuknya : dari pelapukan
batuan kapur di daerah yang memiliki curah hujan tinggi
·
Ciri-ciri : warna putih sampai hitam,
miskin unsur hara
·
Pemanfaatannya : untuk palawija, hutan
jati
·
Persebaran : Gunung kidul , Yogyakarta
b. Tanah Mediteran
·
Proses terbentuknya : hasil pelapukan
batuan kapur keras dan sedimen
·
Ciri-ciri : Warna putih kecoklatan,
keras, tidak subur
·
Pemanfaatannya : untuk pertanian
tegalan, hutan jati
·
Persebaran : Pegunungan Jawa Timur, Nusa
Tenggara, Jawa Tengah, Sulawesi, Maluku, Sumatera
0 komentar:
Posting Komentar