Copyrights @ Journal 2014 - Designed By Templateism - SEO Plugin by MyBloggerLab

Senin, 27 Februari 2017

Pedosfer

Share

Pedosfer

by: Anastasya & Gabby Evalin

A. Pengertian Pedosfer
Pedosfer
 adalah lapisan paling atas dari permukaan bumi tempat berlangsungnya proses pembentukan tanah. Secara sederhana pedosfer diartikan sebagai lapisan tanah yang menempati bagian paling atas dari litosfer. Tanah (soil) adalah suatu wujud alam yang terbentuk dari campuran hasil pelapukan batuan, bahan anorganik, bahan organik, air, dan udara yang menempati bagian paling atas dari litosfer. Ilmu yang mempelajari tanah disebut Pedologi, sedangkan ilmu yang secara khusus mempelajari mengenai proses pembentukan tanah disebut Pedogenesa.
B. Faktor-faktor Pembentuk Tanah

Pada dasarnya tanah berasal dari batuan atau zat anorganik yang mengalami pelapukan. Berubahnya batuan menjadi butir-butir tanah disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:

1. Iklim
Unsur-unsur iklim yang memengaruhi proses pembentukan tanah utama, yaitu suhu dan curah hujan. Suhu akan berpengaruh terhadap proses pelapukan bahan induk. Jika suhu tinggi, proses pelapukan akan berlangsung cepat sehingga pembentukan tanah akan cepat pula. Curah hujan akan berpengaruh terhadap kekuatan erosi dan pencucian tanah, sedangkan penyucian tanah yang cepat menyebabkan tanah menjadi asam (pH tanah menjadi rendah).

2. Organisme (Vegetasi dan Jasad Renik)
Organisme sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah dalam hal:
·                     Membantu proses pelapukan baik pelapukan organik maupun pelapukan kimiawi. Pelapukan organik adalah pelapukan yang dilakukan oleh makhluk hidup (hewan dan tumbuhan), sedangkan pelapukan kimiawi terjadi oleh proses kimia seperti batu kapur yang larut oleh air.
·                     Membantu proses pembentukan humus. Tumbuhan akan menghasilkan dan menyisakan daun-daunan dan rantingranting yang menumpuk di permukaan tanah. Daun dan ranting itu akan membusuk dengan bantuan jasad renik/ mikroorganisme yang ada di dalam tanah.
·                     Pengaruh jenis vegetasi terhadap sifat-sifat tanah sangat nyata terjadi di daerah beriklim sedang seperti di Eropa dan Amerika. Vegetasi hutan dapat membentuk tanah hutan dengan warna merah, sedangkan vegetasi rumput membentuk tanah berwarna hitam karena banyak kandungan bahan organik yang berasal dari akar-akar dan sisa-sisa rumput.
·                     Kandungan unsur-unsur kimia yang terdapat pada tanaman berpengaruh terhadap sifat-sifat tanah. Contoh, jenis tanaman cemara akan memberi unsur-unsur kimia seperti Ca, Mg, dan K yang relatif rendah, akibatnya tanah di bawah pohon cemara, derajat keasamannya lebih tinggi daripada tanah di bawah pohon jati.

3.Bahan  Induk
Bahan induk terdiri atas batuan vulkanik, batuan beku, batuan sedimen (endapan), dan batuan metamorf. Batuan induk itu akan hancur menjadi bahan induk, kemudian akan mengalami pelapukan dan menjadi tanah.

4. Topografi/Relief
Keadaan relief suatu daerah akan memengaruhi pembentukan tanah, antara lain sebagai berikut.
·                     Tebal atau tipisnya lapisan tanah. Daerah dengan topografi miring dan berbukit lapisan tanahnya menjadi lebih tipis karena tererosi, sedangkan daerah yang datar lapisan tanahnya tebal karena terjadi proses sedimentasi.
·                     Sistem drainase atau pengaliran. Daerah yang drainasenya jelek sering tergenang air. Keadaan ini akan menyebabkan tanahnya menjadi asam.

C. Proses Pembentukan Tanah
·         Pelapukan : Fisik, kimia, maupun biologi
·         Perkembangan : Pembentukan horizon tanah


D. Jenis-jenis Tanah di Indonesia
1.      Tanah Vulkanis
a. Tanah Andosol
·     Proses terbentuknya : dari abu vulkanis yang telah mengalami proses pelapukan
·     Ciri-ciri : warna kelabu hingga kuning, peka terhadap erosi, dan sangat subur
·      Pemanfaatannya : sebagai lahan pertanian, perkebunan, hutan pinus atau cemara
·      Persebaran : Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, Halmahera, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi 

b. Tanah Regosol
·     Proses terbentuknya : dari endapan abu vulkanis baru yang memiliki butir kasar
·     Ciri-ciri : berbutir kasar, berwarna kelabu hingga kuning dan kadar bahan organik rendah                
Pemanfaatannya : untuk pertanian padi, palawija, tebu dan kelapa
· Persebaran : di lereng gunung berapi, pantai dan bukit pasir pantai yang meliputi pulau Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara

c. Tanah Aluvial (Tanah Endapan)
·                     Proses terbentuknya : tanah hasil erosi (lumpur dan pasir halus) di daerah-daerah dataran rendah
·                     Ciri-ciri : warna kelabu dan peka terhadap erosi
·                     Pemanfaatannya : sebagai lahan pertanian sawah dan palawija
·                     Persebaran : Sumatera, Jawa bagian utara, Halmahera, Kalimatan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi dan Papua bagian selatan
2. Tanah Organosol
a. Tanah Humus
·                     Proses terbentuknya : dari hasil pembusukan bahan-bahan organik
·                     Ciri-ciri : warna kehitaman, mudah basah, mengandung bahan organik, sangat subur
·                     Pemanfaatannya : sebagai lahan pertanian
·                     Persebaran : Lampung, Jawa Tengah bagian selatan, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Tenggara
b. Tanah Gambut
·                     Proses terbentuknya : dari hasil pembusukan tumbuhan / bahan organik di daerah yang selalu tergenang air (rawa-rawa)
·                     Ciri-ciri : bersifat sangat asam, unsur hara rendah sehingga tidak subur
·                     Pemanfaatannya : untuk pertanian pasang surut
·                     Persebaran : Pantai timur Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Halmahera, Seram, Papua, Pantai Selatan
3. Tanah Litosol (tanah berbatu-batu)
·                     Proses terbentuknya : dari pelapukan batuan beku dan sedimen yang masih baru (belum sempurna) sehingga butirannya besar / kasar
·                     Ciri-ciri : tekstur tanahnya beranekaragam dan pada umumnya berpasir, tak bertekstur, warna kandungan batu, kerikil dan kesuburan bervariasi
·                     Pemanfaatannya : masih alang-alang, bisa untuk hutan
·                     Persebaran : Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi dan Sumatera

4. Tanah Podzol
·                     Proses terbentuknya : di daerah yang memiliki suhu rendah dan curah hujan tinggi
·                     Ciri-ciri : warna pucat, kandungan pasir kuarsa tinggi, sangat masam, peka terhadap erosi, kurang subur
·                     Pemanfaatannya : untuk pertanian palawija
·                     Persebaran : Kalimantan Tengah, Sumatera Utara, Papua
5. Tanah Laterit

·                     Proses terbentuknya : Tanah yang tercuci air hujan, sehingga unsur hara telah hilang meresap dan mengalir ke dalam tanah
·                     Ciri-ciri : warna cokelat kemerah-merahan, tidak subur
·                     Pemanfaatannya : untuk lahan pertanian
·                     Persebaran : Kalimantan Barat, Lampung, Banten, Sulawesi Tenggara
6. Tanah Mergel
·                     Proses terbentuknya : dari hasil campuran pelarutan kapur, pasir dan tanah liat karena peristiwa air hujan
·                     Ciri-ciri : tidak subur
·                     Pemanfaatannya : untuk hujan jati
·                     Persebaran : Yogyakarta, Priangan Selatan di Jawa Barat, pegunungan Kendeng di Jawa Tengah, Kediri, Madiun, Nusa Tenggara

7. Tanah Terarosa (Kapur)
a. Tanah Renzina
·                     Proses terbentuknya : dari pelapukan batuan kapur di daerah yang memiliki curah hujan tinggi
·                     Ciri-ciri : warna putih sampai hitam, miskin unsur hara
·                     Pemanfaatannya : untuk palawija, hutan jati
·                     Persebaran : Gunung kidul , Yogyakarta
b. Tanah Mediteran

·                     Proses terbentuknya : hasil pelapukan batuan kapur keras dan sedimen
·                     Ciri-ciri : Warna putih kecoklatan, keras, tidak subur
·                     Pemanfaatannya : untuk pertanian tegalan, hutan jati
·                     Persebaran : Pegunungan Jawa Timur, Nusa Tenggara, Jawa Tengah, Sulawesi, Maluku, Sumatera

0 komentar:

Posting Komentar